Tampilkan postingan dengan label Haji Mabrur. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Haji Mabrur. Tampilkan semua postingan

Selasa, 17 Juli 2012

Haji Mabrur, Bukan Sekadar Sah

Haji Mabrur, Bukan Sekadar Sah

Haji Mabrur
Haji Mabrur


Haji mabrur, itulah yang seringkali dibahas terkait dengan ibadah haji. Memang, setiap kali kita mengantarkan para jamaah dan tentu saja bagi para jamaah haji sendiri, haji mabrur adalah hal yang sangat diidamkan. Bagi pengantar, mereka berharap agar jamaah yang diantarkan bisa meraih kemabruran. Begitu pula dengan jamaah haji yang melaksanakannya. Berharap agar menjadi pribadi yang berbeda, menjadi pribadi yang lebih baik. Sekali lagi, kemabruran adalah hal yang diidamkan, bukan sekadar memenuhi syarat sah haji semata.

Berbicara tentang haji yang sah berarti mencukupkan diri untuk menggugurkan kewajiban. Masalahnya, bisa jadi haji seseorang sah sehingga kewajiban berhaji baginya telah gugur, tetapi hajinya belum tentu diterima oleh Allah Ta’ala. Tak heran jika pembahasan kemabruran pada haji tak pernah surut. Lalu, apa yang dimaksud dengan kemabruran itu?

Pengertian haji mabrur

Dalam bahasa Arab, kata mabrur berasal dari kata ”barra-yaburybarran” yang bermakna ”taat berbakti”. Dalam kamus al Munawir Arab-Indonesia terlengkap karangan Ahmad Warson Munawwir, tertera bahwa mabrur terkait dengan kata-kata ‘al biru’ yang bermakna ketaatan. Haji mabrur berarti mempunyai kebaikan yang melimpah ruah, baik dari pelaku haji maupun bagi orang yang terlibat langsung dalam pelaksanan haji. Misalnya orang yang tidak berangkat haji, tetapi berkeinginan untuk berangkat, menitip doa, mengunjungi orang yang berangkat dan pulang haji, atau mengantar dan mendoakannya. Semuanya akan memperoleh kebaikan. Dengan demikian, kemabruran haji tersebut bukan hanya pada pelakunya, tetapi prosesi haji memang dapat mendatangkan kebaikan bagi semua orang. Di sinilah keunikan ibadah haji dibandingkan dengan ibadah lainnya. 

Doa Titipan
Doa Titipan

Ditinjau dari segi harfiyahnya, kata mabrur (مبرور) berasal dari birr (بر) yang berarti puncak kebaikan. Sehingga, jika terdapat banyak kebaikan yang diperbuat manusia, maka puncak dari segala kebaikan tersebut adalah al-birr. Al-birr bisa dicapai apabila telah terpenuhi syaratnya sebagaimana ditegaskan dalam ayat al Quran berikut :

Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya. (TQS. Ali Imran [3]: 92)

Menurut pendapat beberapa ulama, haji mabrur adalah haji yang tidak tercampuri unsur riya. Sementara ulama yang lain berpendapat bahwa haji mabrur adalah jika sepulang haji tidak lagi bermaksiat. Dari kedua pendapat tersebut  dapat disimpulkan bahwa orang yang berhasil menggapai predikat tersebut akan mendapatkan keutamaan sebagaimana yang disebutkan dalam sabda Nabi saw.

Balasan Bagi Haji Mabrur
Balasan Bagi Haji Mabrur

 “Dan haji mabrur tidak ada balasan yang pantas baginya selain surga.” (HR. Bukhari no. 1773 dan Muslim no. 1349).

Sementara An Nawawi rahimahullah menjelaskan, “Yang dimaksud, ‘tidak ada balasan yang pantas baginya selain surga’, bahwasanya haji mabrur tidak cukup jika pelakunya dihapuskan sebagian kesalahannya. Bahkan ia memang pantas untuk masuk surga.”

Lalu, bagaimana mengetahui mabrurnya haji seseorang? Apa perbedaan antara haji yang mabrur dengan yang tidak mabrur?

Tanda Haji Mabrur
Tanda Haji Mabrur
Perlu kita ketahui, penilaian kemabruran haji seseorang adalah hak Allah semata. Sementara kita tidak bisa memastikan bahwa haji seseorang mabrur atau tidak. Para ulama hanya menyebutkan tanda-tanda mabrurnya haji berdasarkan keterangan al-Quran dan al-Hadits. Namun hal tersebut bukan harga pasti untuk menilai kemabruran haji seseorang.

Meraih haji mabrur

Bagaimana cara meraih haji mabrur? Nah, berikut beberapa langkah yang bisa ditempuh untuk meraih haji mabrur.

Meraih Haji Mabrur
Meraih Haji Mabrur
Pertama, gunakan harta yang halal untuk berhaji. Sebagaimana ditegaskan dalam sebuah hadits: 

إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّبًا
“Sungguh Allah baik, tidak menerima kecuali yang baik.”
 
Kedua, kerjakan segala amalan dengan ikhlas dan baik, sesuai tuntunan Nabi Muhammad saw. Setidaknya, rukun-rukun dan kewajibannya harus dijalankan, sedangkan semua larangan harus ditinggalkan. Jika terjadi kesalahan, segera menggantinya dengan dam, yang telah ditentukan jumlah dan waktunya.
Ketiga, penuhi rangkaian waktu haji dengan banyak amalan, seperti dzikir, shalat di Masjidil Haram, shalat tepat pada waktunya, dan membantu teman seperjalanan.
Keempat, tidak berbuat maksiat selama ihram. Adapun yang dimaksud maksiat di sini adalah larangan agama dalam semua kondisi, baik larangan ihram dan larangan yang bisa mengakibatkan ketidakmabruran haji, misalnya rafats, fusuq, dan jidal.
Kelima, menjaga akhlak yang menjadi lebih baik setelah haji. Itulah yang akan diterima amalnya oleh Allah SWT. Namun sebaliknya, jika berbuat hal yang lebih buruk setelah berhaji, hal tersebut menandakan Allah swt tidak menerima amalnya.

Hadis Haji Mabrur
Hadis Haji Mabrur
Bertaubat setelah haji, berubah menjadi lebih baik, memiliki hati yang lebih lembut dan bersih, ilmu dan amal  yang lebih mantap dan  benar, kemudian istiqamah di atas kebaikan itu adalah beberapa tanda haji mabrur. Orang yang hajinya mabrur menjadikan ibadah haji sebagai titik tolak untuk membuka lembaran baru dalam menggapai ridho Allah SWT. Ia akan semakin mendekat ke akhirat dan menjauhi dunia. Semoga, haji yang kita jalankan diterima Allah swt dan kita semua mendapat predikat haji mabrur, aamiin..(Jng/RA)

Minggu, 29 Januari 2012

Ciri Haji Mabrur


 Umat muslim yang sedang menunaikan ibadah haji selalu menaruh harapan agar menjadi haji mabrur. Demikian pula halnya dengan keluarga, kerabat dan handai taulan yang ditinggalkan, mereka pun mengucap doa yang sama, semoga yang berangkat haji menjadi haji mabrur.

Menjadi haji mabrur adalah derajat tertinggi bagi yang melaksanakan ibadah haji semata-mata karena Allah. Dan, Allah sudah menjanjikan surga bagi umatnya yang dapat menjadi haji mabrur.

Berhaji memang diwajibkan bagi umat muslim yang mampu. Berhaji sekali adalah wajib. Sedangkan menunaikan ibadah haji yang kedua, ketiga, dan seterusnya adalah ibadah sunnah. Nabi Muhammad SAW bahkan hanya menunaikan ibadah haji satu kali saja.

Adakah ciri seseorang sudah mencapai tingkatan haji Mabrur?

Mengenai hal itu, secara kasat mata tidak ada ciri yang menandakan apakah seseorang sudah mencapai tingkatan haji mabrur atau tidak. Sebab, hal itu adalah penilaian yang sepenuhnya dilakukan oleh Alloh semata. Hanya Alloh yang bisa mengukur kesungguhan niat seseorang saat menunaikan kewajiban berhaji.

Kita sebagai manusia biasa hanya bisa menilai dari perilaku, tindak-tanduk, amal ibadah, dan ucapan dari orang yang sudah berhaji tersebut. Bila setelah menunaikan ibadah haji beliau menjadi tebih takwa, lebih baik cara hidupnya maka Insya Alloh –dan lewat doa kita- beliau menjadi haji yang mabrur.

Sebaliknya, apabila seorang muslim tak menampakkan perubahan berarti dalam beribadah, berperilaku, dan beramal sepulang dari menunaikan ibadah haji, maka sungguh disayangkan. Kemungkinan besar dia jauh dari tingkatan seorang haji mabrur.

Untuk itu, hendaknya hal pertama dan utama yang wajib diingat dan diperhatikan seorang muslim untuk meraih haji mabrur adalah meniatkan hajinya. Katan secara sungguh-sungguh: Ibadah saya ini semata-mata karena Allah, bukan karena tujuan lain! Jauhkan dan hilangkan sama sekali perasaan riya’ (ingin dilihat orang) dan sum'ah (ingin menjadi buah bibir orang).

Jadi, seorang haji mabrur adalah seseorang yang jauh menjadi lebih baik setelah menunaikan ibadah haji. Lebih tekun dalam menjalin hubungan vertikal, dan lebih baik dalam membangun hubungan horisontal.

[ayb@2012]

===== ONH Plus, Umrah

Rabu, 02 November 2011

Tips Daftar Haji Yang Aman

Sampai hari ini masih kita dengar di media cetak dan televisi banyak jamaah haji yang gagal berangkat dan berita sedih ini berulang setiap tahunnya. Rasa malu tak terkira bagi sebagian calon jamaah haji kembali ke rumah masing-masing, tentunya ada dari para anggota keluarga yang mengungkapkan rasa kecewanya kepada travel yang menjanjikan keberangkatan.

Berikut tips agar kita tak tertipu saat daftar haji plus :

1. Pastikan mendaftar pada travel yang mempunyai izin penyelenggaraan haji dari Depag

2. Sebisa mungkin cek fisik kantor travel.

3. Pastikan setelah menyetor uang ( setoran awal BPIH ) mendapatkan nomor urut porsi dalam sd 14 hari kerja.

4. Nomor urut porsi adalah sebagai pijakan Depag dalam menentukan tahun keberangkatan.

5. Calon jamaah mesti sabar dalam menunggu antrian keberangkatan yang diumumkan pemerintah.

6. Calon jamaah bisa cek tahun kepastian berangkat disitus http://haji.kemenag.go.id/

Semoga bermanfaat

===== Haji, Umrah

Jumat, 19 November 2010

Meraih Haji Mabrur

Tidak terasa pelaksanaan ritual haji 1431 H/2010 M segera berakhir, dan jemaah haji Indonesia yang berjumlah 221 ribu jiwa "sesuai quota" akan kembali ke Tanah Air secara bertahap mulai sekitar 20 November 2010.

Bagi jemaah haji Indonesia, ada catatan yang bisa dijadikan renungan dan diaplikasikan dalam kehidupan sosial dalam suasana keprihatinan di Tanah Air, menyangkut bencana alam tsunami, banjir, gunung meletus dan gempa bumi.

Bagi seorang muslim, yang baru selesai menunaikan ibadah haji, semua peristiwa memilukan tersebut tentu harus dimaknai dengan sikap positif karena hal itu menyangkut kemabruran haji.

KH Hasyim Muzadi dalam khotbah wukuf di Padang Arafah pada 15 Nopember mengatakan, siapa pun yang melaksanakan ibadah haji ingin memperoleh kemabruran, sebagai tanda diterimanya ibadah mereka, oleh Allah SWT.

Mabrur itu sendiri, kata Hasyim yang juga menjadi naib amirul haj, mengandung pengertian dibebaskannya seseorang dari segala dosa masa silam.

Balasan mabrur adalah surga. Tapi, di antara jemaah lupa bahwa syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk mencapai kebabruran itu.

Syarat itu, kata mantan ketua Nahdlatul Ulama (NU) tersebut adalah menjaga niat dan bersihnya hati.

Untuk ini bukan pekerjaan ringan, karena hati itu setiap saat bisa diganggu oleh kepentingan nafsu dan pengaruh lingkungan.

Syarat lainnya adalah pelaksanaan manasik (aturan hukum) haji yang benar, tidak merusak rukun.

Bila melanggar wajib, harus ada tebusan. Menurut syariat, tebusan itu bias berupa puasa atau amal sosial.

Sedangkan kesunatan haji merupakan pengembangan dari yang rukun dan wajib, sekalipun tidak mengganggu keabsahan haji.

"Allah selalu menepati janjinya, tinggal kita apakah bisa memenuhi syarat untuk meraih janji itu," katanya.

Syarat lainnya adalah bekal yang halal dan tidak bercampuran hal-hal yang syubhat.

Jika dilihat realitasnya, tidak satu pihak pun dapat mengetahui hakikat seseorang yang menjalani ibadah haji, apakah memperoleh mabrur atau tidak.

Sebab, hakikat itu hanya Allah yang mengetahui, sedangkan manusia hanya berdoa dan berusaha secara optimal.

Menurut Hasyim, Allah SWT memberi tanda-tanda kemabruran melalui keadaan orang itu dalam hubungan "hablun minallah dan hablun minannas".

Pendekatan diri (taqorrub) kepada Allah akan melahirkan perbaikan kondisi dan gerak batin seseorang yang berpotensi membentuk karakter lebih baik.

Dengan demikian akan memudahkan seorang muslim untuk membangun kesalehan pribadinya menuju kesalehan social.

"Jadi, kemabruran adalah rekontruksi manusia lahir batin yang dampaknya akan positif dalam pergaulan di dunia, sekaligus khusnul khotimah menuju akhirat," kata Hasyim Muzadi.

Indikator mabrur Untuk menentukan kualitas haji mabrur bagi seseorang tak bisa menggunakan parameter wujud fisik, misalnya sekembalinya dari tanah suci lantas orang bersangkutan rajin pergi ke masjid, kerap berzikir atau rajin mendoakan seseorang yang tengah tertimpa musibah.

Juga tak bisa menggunakan pendekatan pandangan keseharian, karena bisa saja diam-diam orang yang baru kembali di Tanah Air kembali giat melakukan KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme).

Para ulama menyebutkan bahwa haji mabrur itu memiliki indikator, antara lain patuh melaksanakan perintah Allah SWT, melaksanakan sholat, konsekuen membayar zakat.

Juga sungguh-sungguh membangun keluarga sakinah mawaddah dan wa rahmah, selalu rukun dengan sesama umat manusia, sayang kepada sesama makhluk Allah SWT.

Selain itu juga konsekuen meninggalkan larangan Allah SWT, terutama dosa-dosa besar, seperti syirik, riba, judi, zina, khamr, korupsi, membunuh orang, bunuh diri, bertengkar, menyakiti orang lain, khurafat, serta bid`ah.

Gemar melakukan ibadah wajib, sunat dan amal shalih lainnya serta berusaha meninggalkan perbuatan yang makruh dan tidak bermanfaat.

Aktif berkiprah dalam memperjuangkan, mendakwahkan Islam dan istiqamah serta sungguh-sungguh dalam melaksanakan amar maruf dengan cara yang maruf, melaksanakan nahi munkar tidak dengan cara munkar.

Memiliki sifat dan sikap terpuji seperti sabar, syukur, tawakkal, tasamuh, pemaaf, dan tawadlu.

Malu kepada Allah SWT utk melakukan perbuatan yang dilarang-Nya. Semangat dan sungguh-sungguh dalam menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan terutama ilmu-ilmu Islam.

Haji mabrur juga bila bekerja keras dan tekun untuk memenuhi keperluan hidup dirinya, keluarganya dan dalam rangka membantu orang lain serta berusaha untuk tidak membebani dan menyulitkan orang lain.

Cepat melakukan tobat apabila terlanjur melakukan kesalahan dan dosa, tidak membiasakan diri proaktif dengan perbuatan dosa, tidak mempertontonkan dosa dan tidak betah dalam setiap aktivitas berdosa.

Dan yang lebih penting lagi, sungguh-sungguh memanfaatkan segala potensi yang ada pada dirinya untuk menolong orang lain dan menegakkan "Izzul Islam wal Muslimin".

Jadi, menilai haji mabrur itu sungguh sulit. Apalagi bagi orang bersangkutan untuk menjalankannya. Namun demikian, upaya memenuhi seluruh indikator tersebut mutlak diperjuangkan dan dicapai.

Sama halnya seorang atlet, agar memperoleh fisik kuat dan berprestasi di ajang pertandingan tentu harus banyak berlatih.

Bagi seorang yang sudah berhaji, bagi yang mau belajar dengan tanda-tanda kebesaran Allah, di tanah suci Madinah, Mekkah, Arafah dan Mina, dia memperoleh pembelajaran dan gemblengan langsung oleh Allah.

Karena itu, sekembalinya di tanah air orang yang telah berhaji diharapkan menjadi pembawa rahmat bagi semua umat di sekitarnya.

Keyword
haji
umroh
haji 2011-2012
naik haji
umrah
ibadah haji
info haji
haji umroh
haji dan umroh
umroh dan haji
umroh haji
haji & umroh
umroh & haji
jamaah haji
daftar haji
jemaah haji
umroh 2011-2012
haji indonesia
calon haji
manasik haji
haji dan umrah
umrah dan haji
info haji 2011-2012
informasi haji
doa haji
travel umroh
umroh travel
ongkos naik haji 2011-2012
travel haji
biaya haji
depag haji
haji depag
haji plus
tentang haji
jadwal haji
cara haji
quota haji
paket umroh
haji 2009
daftar haji 2011-2012
haji tahun 2011-2012
perjalanan haji
kuota haji
calon jamaah haji
calon jemaah haji
daftar calon haji
tabungan haji
video haji
porsi haji
haji 2011
umroh murah
ongkos naik haji plus
arti haji
pendaftaran haji
ongkos haji
kesehatan haji
travel haji umrah
pengertian haji
keberangkatan haji
jadwal haji 2011-2012
biaya haji 2011-2012
biro haji
cerita haji
harga umroh 2011-2012
berita haji
rukun haji
tata cara haji
biaya umroh
garuda haji
haji garuda
travel umrah haji
travel haji umroh
travel haji dan umroh
travel haji dan umrah
travel umroh dan haji
travel umrah dan haji
travel haji & umroh
haji dan umroh travel
travel umroh haji
umroh 2011
oleh-oleh haji
asrama haji
ongkos naik haji
haji agus salim
informasi haji 2011-2012
perlengkapan haji
haji mabrur
jamaah haji indonesia
jemaah haji indonesia
depag haji 2011-2012
haji 2011-2012 depag
umroh murah 2011-2012
umrah murah 2011-2012
quota haji 2011-2012
porsi haji 2011-2012
biro umroh
penyelenggara haji
haji garuda indonesia
garuda indonesia haji
daftar jamaah haji 2011-2012